Penetapan Haul Zakat dengan Penanggalan Qomariyah (Peredaran Bulan)

Dalam penentuan haul zakat, mana yang lebih utama untuk digunakan sebagai patokan haul apakah penanggalan masehi dengan melihat peredaran matahari (As Syamsiah) atau dengan penanggalan hijriah (Al Qomariyah) yang menyandarkan kepada peredaran bulan?

Sesuai dalil-dalil yang terdapat di dalam Al Qur’an dan As Sunnah dan pendapat Ulama berkaitan dengan permasalahan ini maka yang lebih utama adalah penetapan haul zakat berpatokan pada penanggalan hijriah atau Al Qomariyah dengan beberapa alasan, diantaranya:

1. Dasar Syar’i dari Al-Qur’an

Penentuan waktu yang syar’i berdasarkan nash (Al Kitab dan As Sunnah) adalah dengan menggunakan penanggalan hijriah dan berdasarkan peredaran bulan (Al Qomar), Allah azza wa jalla berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: ‘Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji’” (QS Al Baqarah: 189).

Pendapat Al Imam Syafi’i

Al Imam Syafi’I rahimahullah ta’ala berkata dalam kitab Al Um:

إن الله حتم أن تكون المواقيت بالأهلة فيما وقت لأهل الإسلام، فقال تبارك وتعالى: {يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ}، إلى قوله: فأعلم الله تعالى بالأهلة جمل المواقيت، وبالأهلة مواقيت الأيام، ولم يجعل علمًا لأهل الإسلام إلا بها، فمن أعلم بغيرها، فبغير ما أعلمَ الله أعلم

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan secara tegas penentuan waktu-waktu dengan bulan sebagai dasar penetapan waktu bagi umat Islam, maka Allah tabaroka wa ta’ala berfirman: ‘Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji’ – hingga perkataan beliau: maka Allah ta’ala memberikan tanda dengan peredaran bulan (bulan sabit) sejumlah waktu dan pergantian hari demi hari dengan bulan sabit, Dia tidak menjadikan tanda pergantian waktu bagi ummat Islam selain dengan bulan sabit, maka siapa yang menjadikan tanda waktu dengan selainnya dia telah menentukan dengan selain yang Allah tetapkan”

2. Bulan Sebagai Penentuan Waktu Ibadah

Allah azza wa jalla menjadikan bulan sebagai penentuan waktu-waktu bagi manusia dalam penetapan hukum syariat dan ibadah baik yang sifatnya permulaan dilaksanakannya ibadah atau sebab dari suatu ibadah seperti shaum, haji, masa iddah, zakat, dan lainnya. Allah azza wa jalla berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.” (QS. At Taubah: 36)

Pendapat Al Imam Fakhrurrozi

Berkata Al Imam Fakhrurrozi rahimahullah ta’ala dalam Mafatihul Ghoib atau Tafsir Kabir (16/43):

قال أهل العلم: الواجب على المسلمين بحكم هذه الآية أن يعتبروا في بيوعهم، ومدد ديونهم، وأحوال زكواتهم، وسائر أحكامهم بالأهلة، لا يجوز لهم اعتبار السنة العجمية والرومية

“Para ahli ilmu telah berkata: Adalah wajib bagi umat Islam, berdasarkan ayat ini, untuk menetapkan transaksi jual beli mereka, perpanjangan hutang mereka, kondisi zakat mereka, dan semua hukum-hukum mereka didasarkan pada bulan sabit, dan tidak diperbolehkan bagi mereka untuk menjadikan penentuan waktu tahunan dengan yang biasa digunakan oleh orang-orang ‘ajam dan Romawi.”

3. Menghindari Keterlambatan Pembayaran Zakat

Penggunaan tahun syamsiah dalam menetapkan haul zakat mengakibatkan keterlambatan Muzakki dalam mengeluarkan kewajiban zakatnya, hal ini karena adanya selisih antara tahun syamsiah dengan tahun qomariyah sebanyak 11 hari, keterlambatan ini adalah suatu bentuk kezaliman kepada para mustahik yang berhak menerima zakat.

4. Mengagungkan Syi’ar Allah

Kembalinya kaum muslimin kepada penanggalan hijriah atau berdasarkan peredaran bulan ini berarti kembali kepada syariat Islam dan suatu bentuk mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah sebagai tanda ketakwaan hati, sesuai firman Allah azza wa jalla:

ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”. (Al Haj: 32)

5. Cara Konversi dari Penanggalan Masehi

Apabila seorang muslim sudah terlanjur menghitung masa haul zakatnya berdasarkan penanggalan tahun masehi atau matahari (syamsiyah) bagaimanakah cara mengeluarkan zakatnya agar tidak menyelisihi ketentuan syariat? maka jika dia ketahui kapan mulai waktu mulai menghitung haulnya dengan penanggalan masehi dan diketahui kapan waktu jatuhnya hari wajib zakat maka dia kurangi 11 hari dari waktu jatuhnya haul, karena jumlah hari syamsiyah 365 hari sedangkan jumlah hari qomariyah adalah 354 hari. Sehingga bila muzaki mendapati waktu haulnya tanggal 15 Desember 2025, maka waktu wajib zakatnya adalah 15 – 11 = 4 desember 2025.

Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat dan memberikan pencerahan tentang hukum zakat secara lebih jelas.

Ustadz Muhammad Ihsan, Lc.
(Dewan Pengawas Syariah LAZ Rabbani)

Bagikan Artikel

Tags

Artikel Terkait

Pentingnya Pembahasan Ini Pembahasan ini penting karena menjadi landasan bagi para ulama dalam menjawab pertanyaan: bolehkah…

Hukum Zakat Harta yang Habis karena Zakatnya Prinsip Dasar Apabila seseorang wajib mengeluarkan zakat sebesar 1.000…

Prinsip Dasar Zakat Harta yang Dijual Siapa yang melakukan transaksi jual beli atas harta yang wajib…

Perdalam Ilmu Zakat dan Fiqh Muamalah, Langganan Sekarang!

Subscription Form
Scroll to Top